Sebuah Peralihan

Hi Tempers, lama tidak jumpa. Memang tidak pernah berjumpa sih, tapi mungkin kalian sudah lama nggak liat update tulisan dari gue, mungkin setahun, dua tahun, atau bahkan tiga tahun. Gue merasa bahwa ini adalah saat untuk memulai lagi menulis, karena akan ada banyak sekali hal yang bisa gue share.

Mari kita lanjutkan ke update terbaru gue. Tulisan - tulisan sebelum tulisan ini adalah yang gue tulis ketika masih menjadi seorang siswa SMP. Lihat sekarang, gue sudah menjadi seorang mahasiswa. Gue melanjutkan pendidikan di Tiongkok, tepatnya di Tsinghua University yang terletak di Beijing, universitas nomor wahid di seluruh dataran China besar ini. Dengan intensitas riset yang sangat tinggi, kooperasi dengan pihak internasional yang sangat banyak, serta sistem seleksi mahasiswa yang sangat selektif disini, orang China asli akan langsung memberikan sterotype "Pintar" kepada semua mahasiswa di Tsinghua, terutama yang S1. Karena S2 dan S3 masuknya lebih gampang, mungkin mereka dianggap sebagai researcher yang tidak diseleksi dengan sistem seketat mahasiswa S1. Tingkat penerimaan mahasiswa S1 di Tsinghua University adalah 0.09%, alias jika ada 10.000 orang yang mengikuti tes, akan hanya ada 9 orang yang terpilih. Tentunya kuliah disini akan sangat berat, tidak hanya karena materi kuliahku yang 100% menggunakan Bahasa Mandarin, Bahasa yang baru gue pelajari selama 10 bulan saja dan harus bersaing dengan mahasiswa lokal China yang sudah terkenal cerdas dan terseleksi, menggunakan bahasa yang telah mereka pakai sepanjang hidup mereka hingga saat ini.

Sebelum ke Tsinghua, gue belajar Bahasa Mandarin di Northeast Normal University, sebuah universitas yang terletak di Kota Changchun, Kota yang ada di bagian Timur Laut China, yang sangat - sangat dekat dengan Russia dan Korea Utara. Kota ini sangat dingin, suhu bisa sampai minus 30 di musim winter, yang artinya kalau mau buat cendol bisa mudah, apalagi buat es mambo. Namun makanan disini sangatlah berminyak, mungkin karena kebiasaan mereka turun - temurun dalam memasak. Saya tidak terlalu suka makanan yang minyaknya terlalu banyak, tapi karena makanan Halal di China dimasak dengan sedemikian rupa enaknya, minyak pun bisa dimaafkan. Cewek? Cewek disini badannya tinggi, jangkung, dan besar. Jadi kalau kamu pendek dan ingin memperbaiki keturunan, bisa pacaran sama cewek - cewek lokal yang badannya segede bagong.

Di Northeast Normal University, gue bertemu sama banyak orang dari Negara Berkembang, contohnya negara tan-tan-tan seperti Kazakhstan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan lainnya. Juga banyak dari Negara - Negara di Afrika. Jadi, normal saja kalau kamu melihat gue makan sama orang Zimbabwe, cicipin kopi dari Kamerun, atau lari pagi bareng orang Tanzania yang sehari - harinya sudah biasa kejar - kejaran sama Singa, Badak, Jerapah, maupun Ulat Bulu.

Duh capek gue. Ceritanya lanjut di post selanjutnya ya. Entah kapan tapi uploadnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Fokus Belajar Itu Alasan Yang Paling "Langsat"

Tempe Ke Jepang? WTF?